Search

19 November 2009

Akibat dari Mengguncang Bayi Anda!

Stop Mengguncang Bayi Anda!
Stop melempar atau mengguncang bayi, karena bisa merusak perkembangan otaknya.

KOMPAS.com - Selama ini kita mengira menghentikan tangis bayi dengan menggendong sambil menggoyangnya ke kanan-kiri adalah hal biasa. Ternyata kebiasaan itu bisa mengakibatkan si bayi mengalami shaken baby syndrome.

Sebagai orangtua, tante, atau kakak, pernahkah Anda mengayun bayi ke kanan kiri untuk menenangkan kerewelannya? Atau mungkin melempar anak ke atas kemudian menangkapnya kembali? Ini adalah hal yang banyak dilakukan oleh masyarakat kita. Aktivitas ini sering dianggap sebagai sebuah permainan mengasyikkan karena si anak pasti akan tertawa ceria. Tetapi ternyata, permainan lempar-tangkap itu sangat tidak disarankan, terutama pada bayi di bawah 1 tahun.

Tahun 2008, Camryn Jakeb Wilson, bayi berusia 12 minggu, meninggal karena sang ayah terlalu keras mengguncang dan meremas tubuhnya. Empat tahun sebelumnya, kasus serupa terjadi pada Aidan Andrews yang berusia 2,5 bulan. Di Jerman, sekitar 100 bayi setiap tahun mengalami kerusakan parah di otak karena mereka diguncang-guncang pengasuhnya. Asosiasi dokter anak di Jerman memperkirakan angka bayi yang mengalami trauma (cedera) akibat diguncang-guncang sebenarnya lebih tinggi lagi. Asal tahu saja, guncangan keras selama 5 detik saja sudah bisa merusak fungsi otak, begitu keterangan dari profesor Hans-Juergen Nentwich, anggota direktur asosiasi tersebut.

Dari kasus-kasus yang terjadi, ahli kedokteran mengidentifikasi satu sindrom serius pada bayi, namanya Shaken Baby Syndrome (SBS). Intinya, sindrom ini mengacu pada penyiksaan terhadap bayi, yang sebenarnya dilakukan tanpa sadar untuk meredakan tangisan bayi. SBS biasanya menimpa anak berusia di bawah 1 tahun, dan dapat mengakibatkan cedera otak parah yang permanen, cedera urat saraf tulang belakang, pendarahan pada mata, bahkan kematian.

Jarang terjadi, namun harus diwaspadai

Untuk Indonesia, belum ada data akurat soal kasus semacam ini. Namun sebagai gambaran, di Amerika terdapat sekitar 1.000 hingga 1.500 kasus setiap tahunnya. Sebagian besar korban SBS adalah bayi berusia 3-8 bulan. Pada balita juga pernah terjadi, tapi jumlahnya tak sebanyak itu. Hampir 25 persen anak yang mengalami SBS di Amerika mengalami kematian.

Menurut dr Pulung M. Silalahi SpA, dokter anak Rumah Sakit Ibu dan Anak Tambak, kematian yang terjadi dikarenakan bayi yang masih sangat muda belum bisa menahan kepalanya sendiri lantaran otot lehernya yang lemah. Akibatnya, jika bayi terguncang badannya, kepalanya akan bergoyang ke depan dan ke belakang. Guncangan atau ayunan yang terlalu keras dapat mengakibatkan keseimbangan terganggu, darah seakan-akan terhenti dan keseimbangan pun terganggu.

Otak bayi juga sangat rentan dan memerlukan ruang untuk tumbuh. Karena itulah ada rongga atau celah antara tengkorak kepala dan otaknya yang dapat mendukung pertumbuhan tersebut. Jika Anda mengguncang bayi Anda dengan kuat, otak si kecil bisa berpindah tempat dalam rongganya. Selanjutnya jaringan otak si bayi akan membengkak dan pembuluh darahnya bisa robek.

Biasanya, bayi penderita SBS akan mengalami pendarahan otak, pendarahan pada mata, serta cedera pada urat saraf tulang belakang atau leher. Sebagian bayi juga memperlihatkan memar dan tulang rusuk yang retak. Efek jangka panjangnya bisa macam-macam, dari kerusakan otak, kebutaan, epilepsi, kesulitan bicara, kesulitan belajar, kesulitan koordinasi, serangan jantung, dan keterbelakangan mental.

Risiko terbesar adalah bayi di bawah 1 tahun, tetapi tidak tertutup kemungkinan dapat terjadi di usia yang lebih tua. Yang harus diwaspadai adalah guncangan-guncangan ini dapat terjadi justru ketika kita asyik bermain dengan sang bayi.

Untuk mendeteksi apakah bayi Anda terkena SBS, ada beberapa gejala yang harus diperhatikan. Apakah si kecil mudah kaget, kelihatan lemah dan mengantuk, tidak mau makan, kesadaran menurun bahkan hilang, pernafasan terganggu, atau kejang-kejang? Bila ya, kemungkinan bayi Anda mengalami SBS. Segera periksakan ke dokter dan hentikan mengguncang atau mengayun bayi. Selamanya!

(Emy Agustia/Majalah Sekar)


Sumber : Majalah Sekar

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

ya,silakan
tolong masukan dari sobat2 smua